Suku Dayak : Sejarah, Kebudayaan,
Adat Istiadat, Dan Sistem Kepercayaan Beserta Bahasanya Secara Lengkap
Di negara Indonesia
yang kita cintai banyak sekali Suku dan budayanya, salah satu contohnya suku
dayak. Suku Dayak sendiri mempunyai kebudayaan yang beragam. Tapi apakah
anda tahu semua tentang suku dayak, Jika anda belum mengetahuinya anda tepat
sekali mengunjungi gurupendidikan.com,
karena Pada kesempatan kali ini akan mengulas secara lengkap tentang suku
dayak. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.
Sejarah Suku Dayak
Secara
bahasa, Dayak sebetulnya bukanlah nama sebuah suku. Yang disebut “Orang Dayak”
dalam bahasa Kalimantan secara umum artinya adalah “Orang Pedalaman” yang jauh
dari kehidupan kota.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Dan ‘Orang Dayak’ itu tadi bukan dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku. Contohnya, Dayak Kenyah, Dayak Hiban, Dayak Tunjung, Dayak Bahau, Dayak Benua, Dayak Punan serta masih terdapat puluhan Uma (anak suku) yang tersebar di berbagai hutan di wilayah Kalimantan.
Sebelum
abad 20, secara keseluruhan Suku Dayak belum mengenal agama ‘samawi’, baik itu
Islam maupun yang lainnya. Yang menjadi kepercayaan mereka hanyalah kepada
leluhur, binatang-binatang, batu-batuan, serta isyarat alam yang mereka
tafsirkan mirip seperti agama Hindu kuno.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Dalam kehidupan sehari-harinya, mereka mempercayai macam-macam pantangan sesuai dengan ‘tanda’ dari alam.
Mereka
mempunyai pantangan untuk berbaur dengan kehidupan masyarakat dari suku lain.
Sehingga mereka selalu hidup dengan dihantui rasa ketidaktenangan yang membuat
mereka selalu berpindah-pindah, dari hutan satu ke hutan yang lainnya. Dari goa
satu ke goa yang lainnya dan seterusnya.
Diantara Suku Dayak yang paling
‘eksklusif’ bahkan bisa dibilang sangat primitif adalah Suku Dayak Punan. Suku
yang satu ini bahkan sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum. Kebanyakan
dari mereka tinggal di hutan yang lebat atau di dalam goa. Sebetulnya, ini juga
bukan murni ‘kesalahan’ mereka. Mereka hanya mengikuti pantangan dari ‘leluhur’
yang mereka takut jika melanggar pantangan tersebut, akan terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan.
Dalam
satu cerita, konon leluhur mereka ini berasal dari satu negeri yang bernama
‘Yunan’ di Cina. Mereka berasal dari satu keluarga kerajaan Cina yang kalah
dalam peperangan dan pergi untuk mengamankan diri hingga sampailah di pulau
Kalimantan.
Mereka pun merasa aman untuk
tinggal di Kalimantan. Walau sudah begitu, mereka masih memiliki trauma akibat
kalah dalam peperangan sehingga mereka takut bertemu dengan kelompok masyarakat
manapun.
Mereka khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
Mereka khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
Kebudayaan Suku Dayak
1. Pakaian
Adat Suku Dayak
Pakaian
adat untuk wanita dinamakan Ta’a dan untuk para lelakinya bernama sapei sapaq.
Biasanya pakaian adat tersebut digunakan saat acara besar dan menyambut tamu
agung. Ta’a terdiri dari da’a yaitu semacam ikat kepala yang terbuat dari
pandan yang umumnya digunakan oleh orang tua. Atasan atu baju yang mereka
kenakan disebut sapei inoq dan bawahannya berupa rok yang disebut dengan Ta’a.
Baik atasan maupun bawahan semua dihiasi dengan manik-manik agar terlihat
cantik.
Wanita
yang memakai ta’a ini biasanya dilengkapi dengan uleng atau hiasan kalung manik
sampai bawah dada. Sedangkan untuk para lelaki masyarakat Dayak mengenakan
pakaian yang disebut dengan Sapei sadaq dengan corak dan motif yang hampir sama
dengan pakaian adat perempuan dayak. Namun, pada sapei sapaq atasan dibuat
rompi dan bawahannya adalah cawat yang disebut abet kaoq. Umunya , para pria
dayak melengkapi penampilan mereka dengan mandau ayng terikat pada pinggang
mereka. Pada umumnya , tidak ada perbedaan mencolok dari motif antara lelaki dan
perempuan maupun si bangsawan dan si rakyat biasa, hanya saja di beberapa
daerah yang masih mengenal kasta jika anda memakai pakaian adat yang bercorak
enggang atau harimau berarti yang memakainya adalah keturunan bangsawan.
Jika
anda memakai motif tumbuhan berarti anda adalah orang biasa. Pada umumnya ,
pakaian adat suku dayak kebanyakan mengambil motif kehidupan binatang dan alam
namun yang paling banyak tetap saja kehidupan amrga satwa terutama burung.
Demikian pula dengan tari-tariannya yang sering menggambarkan kehidupan burung
dengan bulu cantik yang sedang melakukan gerakan terbang. Sungguh menarik bukan
, jika anda ingin mengetahuinya lebih dalam lagi , anda jangan sedih , semua
hal ini bisa anda rasakan jika anda berkunjung Ke kalimantan.
2. Rumah Adat
Suku Dayak
Rumah
Betang atau rumah Panjang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di
berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya
menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi
di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar
hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan
ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang
ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam
daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa
memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah
tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga)
menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar
tersebut.
Budaya
Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari
orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga
dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau
berbagai makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang.
Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai
kebersamaan di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari
perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku
Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai
perbedaan etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.
3. Tarian
Suku Dayak
- Tari Hudoq
adalah bagian ritual suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, yang biasa dilakukan setiap selesai manugal atau menanam padi, pada bulan September – Oktober. Semua gerakannya, konon dipercaya turun dari kahyangan. Berdasarkan kepercayaan suku Dayak Bahau dan Dayak Modang, Tari Hudoq ini digelar untuk mengenang jasa para leluhur mereka yang berada di alam nirwana.
Mereka meyakini di saat musim tanam tiba roh-roh nenek moyang akan selalu berada di sekeliling mereka untuk membimbing dan mengawasi anak cucunya. Leluhur mereka ini berasal dari Asung Luhung atau Ibu Besar yang diturunkan dari langit di kawasan hulu Sungai Mahakam Apo Kayan. Asung Luhung memiliki kemampuan setingkat dewa yang bisa memanggil roh baik maupun roh jahat.Oleh Asung Luhung, roh-roh yang dijuluki Jeliwan Tok Hudoq itu ditugaskan untuk menemui manusia. Namun karena wujudnya yang menyeramkan mereka diperintahkan untuk mengenakan baju samaran manusia setengah burung. Para Hudoq itu datang membawa kabar kebaikan. Mereka berdialog dengan manusia sambil memberikan berbagai macam benih dan tanaman obat-obatan sesuai pesan yang diberikan oleh Asung Luhung. Dari kisah itulah, nama Hudoq melekat di masyarakat Dayak Bahau dan Modang.
- Tarian Leleng
Tarian Leleng adalah tarian gadis suku dayak Kenyah yang bercerita tentang seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian ini disebut tarian Leleng karena saat di tarikan diiringi nyanyian lagu Leleng.
- Tarian LelengTarian
Kancet Papatai adalah tarian perang yang bercerita tentang seorang
pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuhnya. Gerakan
tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti
oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari memakai pakaian
tradisionil suku Dayak Kenyah lengkap dengan peralatan perang seperti mandau,
perisai dan baju perang. Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan
hanya menggunakan alat musik Sampe.Kancet Pepatai adalah tarian dari suku
Dayak Kenyah, mengisahkan tentang keberanian para pria (ajai) suku Dayak
Kenyah dalam berperang. Tarian ini mengisahakan dari awal mula perang
sampai dengan upacara pemberian gelar bagi ajai yang sudah berhasil
mengenyahkan musuhnya.
4. Alat Musik Suku
Dayak
- GARANTUNG atau gong merupakan
salah satu alat musik yang digunakan masyarakat Suku Dayak. Selain garantung
masyarakat Dayak juga menyebutnya dengan gong dan agung. Garatung
diklasifikasikan sebagai salah satu alat musik dalam kelompok idiophone
yang terbuat dari bahan logam; besi, kuningan, atau perunggu.
- Gandang (GENDANG) MASYARAKAT
Suku Dayak mengenal dengan baik alat musik gandang sebagai salah satu alat
musik dari kelompok membranophone untuk mengiringi tarian dan lagu yang
dinyanyikan. Karena itu, alat musik gandang pun sangat populer sebagai
sebuah bagian harmoni di kalangan masyarakat Suku Dayak
- Kalali ialah alat music tiup
yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikecilkan. Ukuran panjang
setengah meter dengan ujung beruas dan dibuat luang kecil dekat ruas
tersebut. Ujung ruas diraut agar dapat dipasang sepotong roan yang telah
diraut pula berbentuk tipis. Buluh rotan diikat pada batang kalali,
kemudian dibuat lima buah lubang untuk menentukan tinggi rendahnya nada
- Tote ialah alat music tiup
yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikeringkan dan ujung
sebelahdalamnya diberi lidah. Pada batang dibuat dua atau tiga buah
lubang. Untuk menghasilkan bunyi ang merdu dan menyayat kalbu, tote atau
serupai ditiup pada baian uungnya.
- Suling Balawung ialah alat music tiup yang terbuat dari bamboo berukuran kecil dengan lima lubang dibagian bawah dan satu lubang dibagian atas. Suling Balawang bias digunakan oleh perempuan.
Adat Istiadat Suku Dayak
Meskipun
sebagian Suku Dayak sudah mau berbaur dengan masyarakat umum, namun yang
menjadi satu ciri khas mereka adalah mereka tetap berpegang teguh kepada adat
istiadat dari nenek moyang mereka terutama yang berhubungan dengan
supranatural.
Diantara Suku Dayak yang
paling ‘eksklusif’ bahkan bisa dibilang sangat primitif adalah Suku Dayak
Punan. Suku yang satu ini bahkan sulit berkomunikasi dengan masyarakat umum.
Kebanyakan dari mereka tinggal di hutan yang lebat atau di dalam goa.
Sebetulnya, ini juga bukan murni ‘kesalahan’ mereka. Mereka hanya mengikuti
pantangan dari ‘leluhur’ yang mereka takut jika melanggar pantangan tersebut,
akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dalam
satu cerita, konon leluhur mereka ini berasal dari satu negeri yang bernama
‘Yunan’ di Cina. Mereka berasal dari satu keluarga kerajaan Cina yang kalah
dalam peperangan dan pergi untuk mengamankan diri hingga sampailah di pulau
Kalimantan.
Mereka
pun merasa aman untuk tinggal di Kalimantan. Walau sudah begitu, mereka masih
memiliki trauma akibat kalah dalam peperangan sehingga mereka takut bertemu
dengan kelompok masyarakat manapun.
Mereka khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
Mereka khawatir peperangan akan terulang kembali sehingga suku mereka bisa punah. Maka dari itu para leluhur mereka membuat pantangan untuk tidak menemui satupun kelompok yang berbeda dari kalangan mereka.
1. Upacara Tiwah
merupakan
satu acara adat suku Dayak. Tiwah adalah ritual yang dilaksanakan untuk
pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat.
Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk
mereka yang sudah meninggal dunia.
Bagi
suku Dayak, Upacara Tiwah adalah momen yang sangat sakral. Pada acara Tiwah
ini, sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan
diletakkan ke tempatnya (Sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian,
suara gong maupun hiburan lain. sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di
letakkan di tempatnya (Sandung).
2. Tari
Kancet Papatai
merupakan
seni budaya dalam bentuk tari-tarian perang. Tari ini bercerita tentang seorang
pahlawan suku Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga
menggambarkan tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam
berperang, mulai perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau
ajai yang sudah berhasil mengenyahkan musuhnya.
Gerakan
tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh
pekikan para penari. Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya
menggunakan alat musik sampe.
3.
Dunia supranatural
Dunia
supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak dulu menjadi ciri khas kebudayaan
Dayak. Asal anda tahu saja, karena kegiatan supranatural ini pula orang luar
negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia (kanibal) . Tetapi walaupun
begitu suku Dayak bukanlah seperti itu, sebenarnya suku Dayak cinta damai asal
mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena.
4.
Manajah Antang
Kekuatan
supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya. Contohnya, Manajah Antang.
Manajah Antang merupakan satu cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti
mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan
media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.
5.
Mangkok Merah
Mangkok
merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang
Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. Panglima perang atau biasa
disebut pangkalima oleh masyarakat Dayak, biasanya akan mengeluarkan isyarat
siaga berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat
sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa pangkalima
Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan
supranatural yang luar biasa.
Sistem Kepercayaan Suku Dayak
Masyarakat
Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di
Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi: agama Islam, Kristen,
Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Kata Kaharingan diambil dari Danum
Kaharingan yang berarti air kehidupan. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
- Sangiang
nayu-nayu (roh baik);
- Taloh,
kambe (roh jahat).
Dalam
syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir
emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
- upacara
pembakaran mayat,
- upacara
menyambut kelahiran anak, dan
- upacara
penguburan mayat.
- Upacara
pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di
sebuah bangunan yang disebut tambak.
Sistem Kekerabatan Suku Dayak
Sistem
kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung hubungan
masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang ideal
adalah perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung
(hajanen dalam bahasa Ngaju). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis
mereka menikah dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan
adat istiadat.
Bahasa Suku Dayak
Awal
mula bahasa Dayak dari bahasa Austronesia yang masuk melalui bagian utara
Kalimantan kemudian menyebar kea rah timur hingga masuk ke pedalaman, serta
pulau-pulau di Pasifik dan Selandia Baru. Sampai saat ini, bahasa Dayak
berkembang seiring beragam pengaruh. Kedatangan bangsa-bangsa ini membawa
pengaruh dan kebudayaan yang beragam. Biasanya penduduk suatu wilayah dibedakan
antara “pribumi sejati” yaitu orang Dayak yang memiliki animism dan orang
Melayu yang Muslim, serta penetap Cina dan India yang datang kemudian.
Ciri-ciri budaya, bahasa dan agama menyebar tanpa mengindahkan asal suku dan
melanggar batas kebudayaan serta bahasa yang tadinya ada.
Beberapa sumber mengatakan bahwa bahasa di
Kalimantan termasuk dari rumpun bahasa Austronesia. Namun para ahli membedakan
bahasa yang di pakai di Sabah dan Filipina, bahasa Melayu dari Sumatra dan
Semenanjung Melayu. Selain pengaruh bahasa dari luar, bahasa dan dialek juga
dipengaruhi letak geografis yang ditumbuhi hutan hujan trofis. Pada umumnya
orang Dayak di Kalimantan Timur sudah dapat berbahasa Indonesia, terutama kaum
muda, karena mereka sudah cukup lama berinteraksi dengan masyarakat lainnya dan
juga mereka harus bisa berkomunikasi dengan suku Dayak lainnya yang memiliki
perbedaan bahasa. Bahasa perantara orang Dayak adalah bahasa Ot Danum atau
Dohoi. Sedangkan bahasa tertua adalah Sangen atau Sangiang yang dipakai dalam
upacara adat. Pada saat ini, hanya sedikit orang Dayak yang mengetahui bahasa
Sangiang ini.
Orang Dayak di Kalimantan, terutama Kabupaten
Kutai Kartanegara, memilki bahasa dan dialek masing-masing, seperti Dayak
Kenyah dan Dayak Kayan memiliki bahasa yang tidak jauh berbeda dan masih lebih
banyak persamaannya yang termasuk dalam rumpun Apau Kayan. Dayak Bahau sendiri
sebenarnya termasuk suku Kayan yang memiliki 2 dialek, Bahau Sa’ dan Bahau
Busang. Dayak Modang juga menggunakan bahasa Bahau. Dayak Benuaq dan Dayak
Ngaju memiliki bahasa yang sama yaitu bahasa otrang Ma’anyan. Dayak Punan yang
memiliki 24 sub suku Punan, masing-masing memiliki bahasa dan dialek sendiri.
Beberapa sub suku menggunakan bahasa Punan dan Busang, ada juga bahasa Bekatan
dan Lisum yang digunakan. Dayak Tunjung memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa
Tunjung, ada 4 dialek yang mereka gunakan. Mereka juga menggunakan bahasa
Kutai, mereka juga mengerti bahasa Benuaq.
Makanan Khas Suku Dayak
1. Juhu
Singkah / Umbut Rotan
Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu.
Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu.
2.
Kalumpe / Karuang
Kalumpe / karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
Kalumpe / karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus. Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan asin.
3. Wadi
Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.
Itulah
ulasan tentang Suku
Dayak : Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Dan Sistem Kepercayaan Beserta
Bahasanya Secara Lengkap Semoga apa yang diulas
diatas bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.
Sumber:
www.gurupendidikan.co.id/suku-dayak-sejarah-kebudayaan-adat-istiadat-dan-sistem-kepercayaan-beserta-bahasanya-secara-lengkap/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar